Cerita
di penghujung waktu
Cerita ini akan ku awali dari sebuah
penyesalan. Penyesalan karena tidak menghargai umur dan berkah kesehatan yang
telah diberikan Allah padaku.
Sebagai
perokok berat, aku sudah sering mengalami sesak nafas dan batuk. Bila batuk,
dadaku terasa seperti ditusuk-tusuk. Namun hal itu tidak menghalangi
keinginanku untuk merokok dan merokok lagi. Untuk mengobati batuk, aku biasa
minum obat batuk yang dijual secara bebas di pasaran.
Pada
penghujung tahun lalu, aku merasakan batuk kembali dan hanya minum obat batuk
seperti biasanya. Sampai pada bulan Maret, batuk yang aku rasakan semakin berat
dan parah, hingga akhirnya istriku menganjurkan untuk memeriksakannya ke dokter
spesialis paru-paru dan pernapasan. Rupanya dokter detail sekali menanyakan
hal-hal yang menurut dokter mencurigakan. Mungkin mengira aku menderita
tubercolosis, dokter menyarankan aku dirongent.
Hari ini aku datang lagi menyerahkan
hasil rongent. Tak kuduga dokter langsung menyuruhku segera opname karena
TBC-ku negatif. Aku disarankan untuk segera melakukan bronscoscopy untuk mengambil
jaringan di dalam dadaku. Untuk melakukan tindakan ini pasien diharuskan untuk
opname di rumah sakit, maka aku minta ijin untuk memberi kabar istri dan
anak-anakku di rumah.
11 April 2014
Istriku yang penasaran dengan istilah
bronscospy segera browsing di internet untuk mencari tahu. Bronscopy merupakan
tindakan invasive dengan memasukkan alat bronkoskop kedalam percabangan
bronkus. Tujuannya adalah untuk menilai percabangan bronkus, mengambil
bahan ( spesimen ) pemeriksaan untuk diagnosis dan melakukan tindakan
terapeutik. Dengan berbekal informasi ini aku memberanikan diri membuat janji
dengan pihak rumah sakit untuk menjalani bronkoskopi.
13
April 2014
Batuk
yang kurasakan semakin memburuk disertai batuk darah dan sesak nafas dan sakit
secara konstan di bagian dada. Suaraku sudah mulai berubah menjadi serak. Oiya,
saat ini aku sudah memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku. Setiap saat aku merasa
lelah, dan berat badan ku terus menurun.
19
April 2014
Aku
semakin frustasi dengan penyakit ini, mataku semakin cekung seiring berat badanku
yang terus menurun. Aku semakin takut untuk menatap diriku sendiri di cermin,
sosok gagahku menjadi sangat mengerikan. Aku kini telah menjadi zombie, ya
zombigaret.
Besok
aku akan menjalani Bronkoskopi, AKU INGIN SEHAT
21 April 2014
Dari
hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, aku divonis menderita kanker paru. Ya..
Kanker paru-paru stadium 4.
Sungguh hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya, kanker telah menyebar di
paru-paruku sehingga sudah tidak dapat dilakukan pembedahan pengangkatan pada
bagian tubuh lainnya. Aku merasa shock dan stres, karena selama ini aku merasa
sehat.
25 April 2014
Dokter memintaku untuk menjalani
kemoterapi. Aku memilih untuk menjalaninya tanpa rawat inap. Setelah
dikemoterapi, aku langsung pulang ke rumah. Begitulah, aku terus melakukan
pengobatan sampai selesai paket kemoterapi. Kupikir semua akan segera berlalu
dan selesailah pengobatan. Apalagi aku sudah merasa baikan dan tidak
batuk-batuk lagi.
30
April 2014
Berdasarkan
statistik di tahun 2005 mengatakan bahwa rata-rata harapan untuk bertahan hidup
penderita kanker paru-paru stadium 4 adalah 50% bertahan hidup dalam jangka
waktu 8 bulan dan 50% tidak dapat bertahan. Adapun kemungkinan lainnya yang
mampu bertahan selama 5 tahun, namun presentasenya kurang dari 10%.
Saat
ini, yang aku lakukan hanyalah berdoa dan berusaha untuk kesembuhanku. Aku
total menjadi zombiegaret, tidak bekerja dan semua aktivitas ku lakukan di
tempat tidur. Bersyukur bahwa keluargaku bersabar dalam merawatku. Sungguh aku
sangat menyesal, dan seandainya diberi kesempatan untuk sembuh, aku tidak akan
menjaga anugerah kesehatan yang Allah berikan padaku.