Thursday, 8 May 2014

CERITA DI PENGHUJUNG WAKTU




Cerita di penghujung waktu
Cerita ini akan ku awali dari sebuah penyesalan. Penyesalan karena tidak menghargai umur dan berkah kesehatan yang telah diberikan Allah padaku.

Sebagai perokok berat, aku sudah sering mengalami sesak nafas dan batuk. Bila batuk, dadaku terasa seperti ditusuk-tusuk. Namun hal itu tidak menghalangi keinginanku untuk merokok dan merokok lagi. Untuk mengobati batuk, aku biasa minum obat batuk yang dijual secara bebas di pasaran.

Pada penghujung tahun lalu, aku merasakan batuk kembali dan hanya minum obat batuk seperti biasanya. Sampai pada bulan Maret, batuk yang aku rasakan semakin berat dan parah, hingga akhirnya istriku menganjurkan untuk memeriksakannya ke dokter spesialis paru-paru dan pernapasan. Rupanya dokter detail sekali menanyakan hal-hal yang menurut dokter mencurigakan. Mungkin mengira aku menderita tubercolosis, dokter menyarankan aku dirongent.

Hari ini aku datang lagi menyerahkan hasil rongent. Tak kuduga dokter langsung menyuruhku segera opname karena TBC-ku negatif. Aku disarankan untuk segera melakukan bronscoscopy untuk mengambil jaringan di dalam dadaku. Untuk melakukan tindakan ini pasien diharuskan untuk opname di rumah sakit, maka aku minta ijin untuk memberi kabar istri dan anak-anakku di rumah.

11 April 2014
Istriku yang penasaran dengan istilah bronscospy segera browsing di internet untuk mencari tahu. Bronscopy merupakan tindakan invasive dengan memasukkan alat bronkoskop kedalam percabangan bronkus. Tujuannya adalah untuk menilai percabangan bronkus, mengambil bahan  ( spesimen ) pemeriksaan untuk diagnosis dan melakukan tindakan terapeutik. Dengan berbekal informasi ini aku memberanikan diri membuat janji dengan pihak rumah sakit untuk menjalani bronkoskopi.

13 April 2014
Batuk yang kurasakan semakin memburuk disertai batuk darah dan sesak nafas dan sakit secara konstan di bagian dada. Suaraku sudah mulai berubah menjadi serak. Oiya, saat ini aku sudah memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku. Setiap saat aku merasa lelah, dan berat badan ku terus menurun.

19 April 2014
Aku semakin frustasi dengan penyakit ini, mataku semakin cekung seiring berat badanku yang terus menurun. Aku semakin takut untuk menatap diriku sendiri di cermin, sosok gagahku menjadi sangat mengerikan. Aku kini telah menjadi zombie, ya zombigaret.
Besok aku akan menjalani Bronkoskopi, AKU INGIN SEHAT


21 April 2014
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, aku divonis menderita kanker paru. Ya.. Kanker paru-paru stadium 4. Sungguh hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya, kanker telah menyebar di paru-paruku sehingga sudah tidak dapat dilakukan pembedahan pengangkatan pada bagian tubuh lainnya. Aku merasa shock dan stres, karena selama ini aku merasa sehat.

25 April 2014
Dokter memintaku untuk menjalani kemoterapi. Aku memilih untuk menjalaninya tanpa rawat inap. Setelah dikemoterapi, aku langsung pulang ke rumah. Begitulah, aku terus melakukan pengobatan sampai selesai paket kemoterapi. Kupikir semua akan segera berlalu dan selesailah pengobatan. Apalagi aku sudah merasa baikan dan tidak batuk-batuk lagi.

30 April 2014
Berdasarkan statistik di tahun 2005 mengatakan bahwa rata-rata harapan untuk bertahan hidup penderita kanker paru-paru stadium 4 adalah 50% bertahan hidup dalam jangka waktu 8 bulan dan 50% tidak dapat bertahan. Adapun kemungkinan lainnya yang mampu bertahan selama 5 tahun, namun presentasenya kurang dari 10%.
Saat ini, yang aku lakukan hanyalah berdoa dan berusaha untuk kesembuhanku. Aku total menjadi zombiegaret, tidak bekerja dan semua aktivitas ku lakukan di tempat tidur. Bersyukur bahwa keluargaku bersabar dalam merawatku. Sungguh aku sangat menyesal, dan seandainya diberi kesempatan untuk sembuh, aku tidak akan menjaga anugerah kesehatan yang Allah berikan padaku. 



 Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis "Diary sang Zombigaret"

Top of Form

No comments:

Post a Comment