Monday, 2 July 2012

Road to Kemaro Island

Pulau Kemaro adalah pulau kecil yang berada di perairan Sungai Musi, Sumatera Selatan, Indonesia.
Perjalanan menuju Pulau ini sangat menyenangkan sekaligus mendebarkan, transportasi yang digunakan adalah dengan perahu kecil (nama tradisional nya perahu getek) atau perahu motor (boat). Akses ke pulau ini hanya dapat melalui jalur air, yaitu Sungai Musi.

Let's enjoy it.... :)



Perjalanan dimulai dari dermaga di depan Benteng Kuto Besak dan kita akan lewat bawah jembatan Ampera.

Di tepi sungai Musi terdapat beberapa bangunan peninggalan penjajah Belanda. Mereka mengembangkan daerah tepian sungai sebagai pusat perekonomian pada masa itu.


 Ini pemandangan lain dari tepian sungai Musi, Pabrik......



Rumah rakit merupakan bentuk adaptasi masyarakat yang tinggal di tepian sungai Musi. Rumah ini terapung di atas sungai dengan menggunakan bambu sebagai pengapungnya. Mereka hanya menggunakan tonggak-tonggak yang akan menjaga rumah ini tidak berpindah tempat.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah ketika ada angin kencang atau ada kapal besar yang lewat. Hmmmmm.......... Yang belum terbiasa pasti akan mual-mual seperti mabuk laut. 





Rumah panggung, adalah bentuk adaptasi yang lain. Rumah ini menggunakan konstruksi panggung dengan kayu yang menancap sampai ke dasar sungai sebagai pondasinya. Rumah panggung bersifat lebih permanen karena  tidak dapat berpindah dan ketinggian panggung disesuaikan dengan ketinggian pasang surut air sungai.

Inilah dermaga Pulau Kemaro

  











Legenda yang berkembang tentang pulau Kemaro adalah legenda cinta antara seorang putri lokal dengan saudagar dari negri cina. Pulau ini sendiri, dikisahkan merupakan kapal mereka yan terbalik di sungai Musi, di pulau ini kemudian dibangun Klenteng yang kini telah berumur ratusan tahun. 


 Memandang sungai Musi dari pulau ini, sungguh menyenangkan...


 Sungai dan masyarakatnya sudah terbingkai dalam satu lukisan kehidupan yang indah. Hidup di atas Musi, dan belajar tetang kehidupan dari nya... ^_^

Thursday, 5 April 2012

Musi Riverside..

i always love river side..
and it is my perspective of Musi Riverside, the one and only in Indonesia ^_^











 

Sunday, 25 March 2012

Taman Budaya Gunung Sugih, Lampung Tengah

Taman Budaya berlokasi di Gunung Sugih berlokasi di jalan lintas timur Sumatera, Lampung, Indonesia.
 Taman ini telah menjadi icon Lampung Tengah dan mengiringi pertumbuhan kota Gunung Sugih.
Pembanguna fisik kota sering menimbulkan permasalan bagi lingkungan
perkotaan maupun sosial masyarakat kota tersebut.Salah satu kebutuhan kota adalah tersedianya ruang-ruang terbuka untuk mewadahi kebutuhanan masyarakat dalam melakukan aktifitas sekaligus untuk mengendalikan kenyamanan iklim mikro dan keserasian estetikanya.


Taman ini cukup menarik perhatian dengan adanya patung-patung raksasa icon budaya Lampung Tengah, seperti patung kopiah emas ini
.





Patung Pengantin yang menggunakan pakaian dan aksesoris tradisional lengkap
 
 

Taman ini juga memiliki koleksi pohon dan bunga dengan penataan yang apik sehingga tidak sedikit pengemudi kendaraan yang melintas menyempatkan untuk beristirahat di sini. Pohon yang rindang membuat suasana di taman ini menjadi nyaman sebagai temapat bermain bagi anak-anak di sekitar.








Sunday, 26 February 2012

Ini adalah Duniaku (kenapa aku menulis)

oleh Najma Ahdy

Arsitektur berkaitan dengan manusia dan mensyaratkan keindahan sebagai salah satu criteria produknya. Harmoni warna, keindahan bentuk, proporsi, dan keragaman tekstur memanjakan manusia di dalam naungan dunia arsitektur.

Seorang Arsitek melalui tulisannya, memiliki kesempatan untuk menghadirkan tekstur yang tak tersentuh oleh kulit dalam rangkaian kata-katanya. Membawa setiap mata memahami arti proporsi, dan menyampaikan cerita dibalik setiap bentuk. Seorang penulis memberi kesempatan setiap mata bahkan yang terpejam sekalipun dapat melihat melalui kata-katanya. Saat sisi gemerlap dunia arsitektur tidak dapat dicicipi semua kalangan, seorang penulis hadir di sana. Membawakan cerita pada rakyat jelata, tentang sebuah dunia gemerlap layaknya dongeng sebagai pengantar tidur seorang ibu pada anak-anaknya. Dongeng yang akan menjadi mimpi saat mereka tertidur dan menjadi khayalan saat mereka terbangun di keesokan harinya.

Dunia arsitektur sempat membawaku pada pengalaman yang buruk, gemerlap dunianya membawaku jauh, jauh dan jauh dari kemanusiaan. Pertentangan demi pertentangan berkecamuk di hatiku, mempertahankan “penghasilanku” atau hati nuraniku sebagai manusia. Kejam, image itu yang ada dalam pikiranku mengenai dunia konstruksi. Namun seiring perjalanan waktu, aku kembali menemukan dunia sebuah profesi yang pernah membuatku menangis terharu.

Dalam pencarian aku menemukan beberapa Arsitek yang memegang teguh prinsip-prinsip yang baik dalam menjalankan prakteknya. Dan yang terpenting tidak hanya berpihak pada sisi yang gemerlapnya saja. Karena sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mencintai keindahan tidak peduli dia kaya atau miskin.

Aku berkesempatan mengagumi seorang Arsitek yang mendedikasikan ilmunya, pikirannya, dan waktunya yang berharga untuk memecahkan persoalan desain rumah murah. Mengagumkan!!! Desainnya, ide-idenya, semuanya mengagumkan. Meski berjudul rumah murah, desainnya tetap “mahal”. Dan beruntungnya Beliau berkenan membagi ilmunya melalui buku.

Inilah yang kembali menyemangatiku untuk terus menulis dan menulis. Melihat setiap permasalahan dengan lebih dalam dan mengemukakan pikiranku pada sebuah tulisan. Buatku, dengan menulis kegiatan ber-arsitektur akan jauh lebih bermakna karena dapat dinikmati lebih banyak orang dari berbagai kalangan.